Selasa, 23 Juli 2013

Rindu Leteh


Tiba-tiba hatiku berdesir, entah kenapa.

Aku melihat sliwar sliwer santri putra dan putri di depan tempatku berhenti. Tepatnya di pinggir jalan, depan asrama pusat Pondok Pesantren Wahid Hasyim. Memang sore itu aku sedang ada janji dengan seorang teman, adek perempuan teman akrabku. Aku menunggunya di depan asrama pusat karena tidak tahu asrama tempat ia tinggal.

Mempesona. Para pria berbaju koko, bersarung dan mengenakan peci sore itu, ditambah senyum yang terulas di bibir mereka, raut mereka yang sumringah dan bersih tampak bahwa mereka adalah orang2 Ngalim (agama). Aku tersenyum sendiri melihat mereka melintas di depanku. Juga para santriwati dengan baju muslimah anggun dan gaya khas berjilbab anak pesantrennya yang membuat mereka sangat indah, Allah.. cantik sekali mereka, menenteng kitab kuning di tangan kanannya, wajah mereka begitu cerah nan teduh.

Sempat aku berfikir, kenapa dulu aku tak mondok saja waktu masih kuliah???? Aku rindu suasana damai seperti ini. Sangat rindu..

“mbak….”


Yang kutunggu telah datang. Kami menghabiskan waktu menjelang buka puasa dengan berkeliling di tempat pembelian oleh2, sampai akhirnya sudah menjelang magrib. Kami sudah ditunggu teman2 di sebuah tempat makan untuk buka bersama di sana. Alhamdulllah… sampai di lokasi kami langsung buka bersama2. Setelah itu, aku turut ke asrama teman ku itu untuk shalat magrib karena takut waktunya habis jika aku langsung pulang kost.

Asrama ini (AHC) terletak tak jauh dari asrama pusat, hanya saja asrama ini masuk gang dan melewati sawah2 dan sangat mewah (mepet sawah hehehe..). Aku masuk .. ya Allah.. hawa damai yang pernah aku hirup 5 tahun yang lalu. Kembali kurasakan kerinduan ini..
Aku ambil air wudlu.. pemandangan wadah (tempat) sabun yang tersusun rapi di dekat KM, antrian di kran wudlu, jemuran yang berjubel.. hemm.. sangat khas.

Rasanya ingin aku ulangi masa mudaku beberapa tahun yang lalu. Kalo sekarang mau mondok, rasanya aku sudah terlalu disibukkan dengan urusan dunia, sebenarnya tidak masalah jika harus mondok lagi. Tapi mungkin kali ini masalah tuntutan hidup.


Leteh, 2005-2008


Aku masuk ke pondok ini -Raudlatuth Thalibin Al-Islamiy (TPI)- sebenarnya awalnya karna terpaksa. Banyak alasan. Pada saat itu, beberapa bulan sebelum aku lulus MTs, kakak-ku kecelakaan saat hendak kembali ke lokasi KKN. Tapi karena kebesaran hati bapak, akhirnya aku diikutkan mondok sepupuku di Rembang. Aku tak faham pondok apa ini, siapa pengasuhnya dll. Aku hanya manut bapak.

Pondok ini terletak di jln. K.H. Bisri Musthofa No. 1-4 Leteh Rembang, Raudlatuth Thalibin Al-Islamiy namanya, tapi lebih dikenal dengan TPI (Taman Pelajar Islam). Pondok putri terletak disebelah selatan ndalem Mbah Cholil, sedang pondok putar di sebelah utara nya, tepatnya di samping ndalemnya Gus Mus. dua gedung yang saling berhadapan, gedung sebelah utara (yang juga nempel dengan tembok ndalem) ada 3 lantai, lantai 1-2 untuk gotha’an (kamar santriwati A-L), lantai 3 untuk jemuran, biasanya para santri menyebutnya loteng. Di lantai ini juga terdapat satu kamar yang sangat indah, yang dulu digunakan istirahat Abah Cholil beserta ibu Sin, namanya kamar bambu. Memang dindingnya berasal dari bambu yang diplitur dan tersusun rapi, indah. Dan sekarang digunakan oleh santri senior yang diutus ibu untuk menjaganya. Gedung sebelah selatan terdiri dari 4 lantai. Lantai 1 aula bawah, lantai 2-3 untuk gotha’an (kamar santriwati dari M-W) dan lantai 4 adalah aula (dari sini, biasanya aku bias melihat ombak pantai utara).



Rasa terpaksa di awal perjalananku, lambat laun hilang. Aku merasa sangat nyaman di sini. 1 bulan pertama memang belum betah, nangis setiap hari, hehehe.. maklum sebelumnya tak pisah dari keluarga. Tapi setelah kenal dengan semuanya, lingkungan, teman-teman, akhirnya nyaman juga. Apalagi setelah tahu bahwa pengasuh pondok ini adalah beliau orang-orang hebat yang sangat ngalim. Alhamdulillah.. aku diberi kesempatan mendekat dengan beliau-beliau, meskipun beliau tidak mengenal kami, tapi kami sangat mengenal beliau.
Sebenarnya mondok ini hanya nyambi dengan sekolah, Kami sering diwanti-wanti oleh Bunyai juga Pak yai, “sekolah nyambi mondok, opo mondok nyambi sekolah??” hehe pada hakikatnya ya yang pertama. Tapi aku yaqin barokah, insyaAllah. Meskipun begitu, bagiku peraturan pondok harus didahulukan daripada sekolah. Aku lebih baik bolos sekolah saat libur pondok, dari pada harus bolos pondok saat libur sekolah, karena urusannya lebih ribet (libur pondok tak pernah barengan dengan libur sekolah kecuali idul fitri).

Kamar J komplek Al-Ma’wa, kamar pertamaku, kemudian tahun ke-dua dioplos, pindah ke kamar Q komplek Al-kautsar (kamar paling besar se-pondok). Kalau di kamar J aku diemong, tapi di kamar Q aku harus bisa momong.

Jadwal pondok yang padat yang membuat hidup kami sangat teratur. Ibadah, belajar, makan, mandi dsb. Jam 4 pagi bel bangun sudah berbunyi, harus antri mandi kemudian jama’ah shalat shubuh, baca nadzom Al-asma Al-Husna, ngaji Tafsir Jalalain (sambil ngantuk2 ^_^) di Aula Putra sampai jam 6, siap-siap pake seragam sekolah, sarapan, berangkat sekolah; berjalan sampai pemberhentian bis, jam 7-13.30 sekolah di MAN Rembang, jam 14.00 sampai di pondok, jam 14.30-17.00 sekolah Madrasah, makan, jama’ah magrib, ngaji Nahwu, ngaji sulam taufiq sampai jam 20.30, jama’ah shalat isya’, jam 21.00-22.30 belajar wajib, setelah itu tidur bagi yang mau tidur, yang tidak biasanya ngelanjutin belajar atau masih berdiskusi dengan teman2. Adapun jadwal khusus malam selasa dan jum’at adalah kegiatan. Malam selasa setelah magrib, latihan Khithobah dengan tugas per komplek, nah pada moment ini mental kami digembleng, semua proses bicara diwajibkan menggunakan bahasa krama inggil, mulai dari MC, baca kitab sampai yang bertugas khithobah.

Malam ju’at, dengan waktu yg sama, ada keplok yaitu kegiatan menghafalkan nadzoman sesuai jenjang hafalan dengan iringan tepuk tangan (keplok) dan musik ra karu-karuan, hehehe pukul-pukul meja, hanger, piring dll. Sangat ramai, dalam moment ini kami dibebaskan untuk berekspresi. Setelah isya’, pada malam selasa dan jum’at, sorogan nadzom nahwu-shorof (dari Ajurumiyyah s/d Alfiyyah) serta makna murad kitab fiqih dan nahwu. Hemm.. mencerdaskan! Hehe meski kadang keteteran, tapi tetap kami laksanakan meskipun kadang hanya hafal ketika sorogan saja, *formalitas  tapi ikhlas yaqin. 

Suasana yang sangat memaksa diri untuk selalu rindu. Mbak-mbak dengan pakaian muslim, bawahan sarung (bagi yang bisa, aku tidak termasuk golongan ini.. hehehe) dan jilbab yang khas gaya santri salaf. Terlihat begitu anggun, cantik. Apalagi kalau sudah masuk kamar masing-masing, wajah putih yang terbelah menjadi dua warna (belang) bagian belakang putih dan bagian depan agak hitam (gosong) karna sengatan matahari. Sungguh mempesona.

----------------------

Semoga Engkau jaga hatiku seperti Engkau menjaga hati mereka yang sedang ngudi ilmu di tenpat suci ini, meskipun aku tidak berada bersama mereka. Jaga hamba gusti..
Beruntunglah kalian yang bisa merasakan nikmatnya hidup di pondok pesantren, hidup yang paling ayem di hati, hanyalah di pondok. Berkumpul dengan orang2 yang dekat dengan Allah, orang2 ngalim dan kaya ilmu agama dan pengetahuan yang lain.

23 Juli 2013/ 13 Ramadhan 1434 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar