Jumat, 02 Desember 2016

Mbah MAR

Dia tak pernah berpenampilan syar’i (memakai sarung, baju muslim dan berpeci) sehari-harinya, tidak pernah. Hanya saat-saat tertentu saja. Ketika shalat saja dia seringnya ya pakai pakaian yang dikenakannya itu kalo memang masih bersih dan suci. Kaos pendek kemudian ditahan dengan sarung. Ya begitu itu dia. Tidak pernah aneh-aneh. Warna gelap kesukaannya. Hampir semua baju (baca:kaos) nya berwarna gelap, hitam. Bertumpuk-tumpuk pakaiannya, tapi aku hanya menemukan beberapa kemeja atau baju resmi, non-kaos. Selebihnya kaos semua, yang dia pakai juga itu ituuu saja.
Tapi dibalik itu semua, aku selalu melihat dia yang tidak pernah melalaikan syari’atnya, meskipun dia tidak pernah memperlihatkan ke-syar’i-annya. Ilmul hal (baca: Fiqh) bekal dari keluarga dan kiainya selalu dia terapkan dalam hari-harinya. Mulai dari thaharah (bersuci), ibadah juga mu’amalah. Dia tidak pernah melupakannya. Memang tidak dipungkiri manusia itu tidak sempurna, terkadang khilaf atau lupa, tapi dia tidak pernah melupakannya.
Sambil membayangkan gaya suamiku yang sedang jauh. Rindu.
Ramadhan 1435 H
***




















Sudah lelap wajah mungil di sampingku. Pandanganku menelusuri liku-liku wajahnya yang serupa dengan ayahnya. Menatapnya seakan aku melihat suamiku. Matanya, bibirnya semuanya! Aku rindu.
Juli 2015




Tidak ada komentar:

Posting Komentar