Rabu, 31 Oktober 2012
Aku datang, Yem..
Alam raya pun semua tersenyum
menunjuk dan menyapa hadirnya
terpukau aku menatap wajahnya
aku merasa mengenal dia
tapi ada entah di mana
hanya hatiku mampu menjawabnya
kaget bukan kepalang..!
sumpah aku kaget. tak menyangka dan tak menduga. Ini sangat berbeda dengan imajinasiku sebelum-sebelumnya. Lebih indah..
Dua hari yang lalu aku kembali ke Jogja, kota yang sangat indah dan ramah di hatiku. kota yang mengajakku menciptakan imajinasi-imajinasi hebat untuk hariku. Kota yang masih tetap berhati nyaman meski goncangan modernisasi dunia telah mewabah. Malam itu aku datang (29/10) langsung membuka ponsel, 10 pesan masuk. Dengan badan menggigil karena kehujanan sepanjang perjalanan Blora-Jogja, jari-jariku dengan gemetar mulai membuka pesan-pesan itu. kulihat beberapa nama pengirim, ku pilih yang paling membuatku senyum.. hehe.. meskipun tempatnya bukan paling atas. isinya begini "Jogja mendung, atau hujan?".. hemmmh aku aja baru nyampe Jogja, sms-nya sudah 3 jam yang lalu. ku jawab apa adanya, "mboten, tapi kayaknya hbiz hujan. Ad' bru nympe Jogja". "oh ya" jawabnya singkat. memang dia tak pernah suka basa basi, selalu apa adanya. Tak pernah mencoba menutupi hal yang kira2 membuatku tersinggung dengan kata2 yang halus. Pernah suatu ketika saat aku mencubit pinggulnya, dia biasa aja, tak berreaksi apa2, kemudian ku tanya "kok Mz gk geli??", ringan banget jawabnya "Lha Ad' elek og.." gubrak..! haduh ini orang gak ada romantis-romantisnya.. hemmfhh
karna di mitos Jawa bahwa orang yang suka geli bila digelitik'in, itu tandanya pasangannya nanti cantik atau cakep. pun sebaliknya.. huft.. Apa adanya banget jawabannya :(, tapi aku tetep suka.. ^.^
Hari pertama di Jogja, aku sibukkan diriku dengan kegiatan rutinku di hari selasa. Sebuah tugas mulia, Guru. hehe.. Pengirim pesan semalam, mengirim pesan lagi dan seperti biasa, jutek. ahh masa bodoh.. sudah biasa pikirku.
Malam kedua kuhabiskan dengan mengerjakan sesuatu yang selalu tertunda, REVISI SKRIPSI. duh deadline sudah di depan mata. sebenarnya aku sudah terlelap lebih sore, tapi tengah malam aku bangun dan mencoba mengerjakan tugasku itu sampai shubuh. Kemudian tidur lagi sampai jam 6, hehe karena lagi gak mau sholat.. ^.^
Bangun jam 6 langsung kupegang Laptop lagi yang masih menyala sedari malam tadi, mulai kerja lagiiiiii..
huft.. panas banget pagi ini. mau minum air galon habis. Aku meminta teman kost untuk pesen galon lewat sms. Baru saja sms terkirim, ada suara dari depan "Assalaamu'alaikum..", sepertinya seorang tamu laki2 dari suaranya. seorang teman memanggilku, "nik, ada orang tuh", hemmm.. apa mungkin tukang galon? cepet sekali pikirku. dengan rasa penasaran aku pun keluar dan melihat orang yang ada di depan rumah.
ngeek......... suara pintu kostku,
Ku lihat dengan seksama orang yang sedang berada di depanku, wajah yang tak asing dengan masih mengenakan helm. MasyaAllah..! Kaget bukan main, kulihat wajah berkacamata itu.. langsung terlontar dari mulutku karna kaget, "Mz..." ya Allah.. yang datang tamu tak diundang, namun selalu dinanti oleh hati.. hehehe bisa dibayangkan perasaanku saat itu.. he
SURPRIIIIISE...!!
hehe.. ternyata tadi sudah kirim pesan, tapi HP ku mati. hemm kalo gak mati, gak jadi surprisse lah.. hehe trimakasih..:)
banyak cerita, banyak tawa, banyak tanya, diskusi dan berdialektika.
tak ada alasan untuk tidak tertawa jika sedang bersama..
Lebih ceria, lebih terbuka, lebih baik dan lebih dialektis dari sebelumnya.
trimakasih Yem, sahabat juga kekasihku.
Lokasi:
Yogyakarta, Indonesia
Selasa, 23 Oktober 2012
FATHIMAH; Si Buruh Setrika
Fathimah nama gadis itu. Entah Siti Fathimah, Fathimah Azzahra atau siapa aku tak tahu pasti. Kalem, ramah dan sopan perangainya. Sangat cocok dengan nama yang disandangnya. Terlihat manis dan ayu wajah yang dibalut dengan jilbab kuning gading sore itu. Seorang buruh setrika sebuah keluarga kaya di daerah Kulon Progo DIY. Sekarang dia duduk di kelas XI IPA di salah satu sekolah Negeri di Kecamatan Kalibawang Kulon Progo.
Sore itu aku sedang menunggu sepupuku yang tinggal di rumah keluarga ‘tuan’ si gadis itu. Aku duduk di serambi rumah dekat tempatnya menyetrika. Aku mengganggunya dengan obrolan kami yang seolah-olah sudah kenal cukup lama, padahal baru beberapa menit yang lalu aku menyapanya yang sedang sibuk menyetrika setumpuk pakaian.
Obrolan kami mengalir begitu saja, mulai dari perkenalan sampai yang lainnya. aku menangkap sebuah semangat besar untuk belajar yang ada dalam dirinya. Terlihat ketika dia mulai banyak tanya tentang perguruan tinggi dan sangat antusias mendengarkan jawabanku. Sambil sesekali menyemprotkan pewangi dan menggosok-gosokkan setrikanya dia bertanya dan terus mencari bahan untuk perbincangan kami.
Kuperhatikan dalam-dalam tingkahnya, dia benar-benar menikmati kerjaannya itu.
Dia mulai ‘bekerja’ menjadi buruh setrika sejak kelas X. Ini dilakoninya lantaran kebutuhan ekonomi keluarga yang kurang. Dia anak ketiga dari lima bersaudara. Di tempat pegawai TU di sekolahnya itulah dia mencoba mencari rizki dengan menjadi buruh setrika untuk membantu ekonomi keluarganya. Terkadang bukan hanya menyetrika yang lakukannya di rumah itu, dia juga menyapu halaman rumah yang penuh dengan pohon di sebelah kanan dan kirinya. Hemmfh.. betapa lelahnya dia jika musim kemarau datang dan daun-daun kering berjatuhan.
Dia bukan hanya pandai dalam pelajaran, dia juga aktif dalam kegiatan ekskull. Kalo aku boleh memberi predikat, dia adalah siswa ideal. Ini hanya pandanganku yang aku simpulkan berdasarkan obrolan singkat kami waktu itu. Tidak setiap hari dia datang untuk menyetrika, dia hanya datang setelah sekolah jika tak ada ekskull. Jadi, dapat ilmu dari sekolah, ekstra, tambahan ekonomi dan pengalaman kerja pun ia dapatkan.
Perbincangan kami seputar perguruan tinggi pun tak putus cuma sebentar. Dia selalu punya pertanyaan untuk menghidupkan obrolan kami. Dan aku pun dengan ‘sombong’ dan ‘sok tahu’-ku menjelaskan panjang lebar tentang dunia perkuliahan yang sudah pernah aku lakoni.
“Bayar pinten mbak nek awal masuk?”, dengan bahasa krama inggil dan suara lirih yang hampir tak terdengar olehku karna halusnya. Aku tersenyum dan kemudian menjawab seadanya tanpa melebih-lebihkan. Aku berharap dia tidak berkecil hati untuk tetap memegang semangatnya lanjut ke jenjang perkuliahan jika sudah lulus nanti. Aku terus memberikan motivasi agar semangatnya tak surut hanya karena ekonomi keluarga yang sangat kurang.
Gusti.. betapa sangat kurang bersyukurnya diriku dengan keadaan yang seperti ini, masih beruntungnya keadaanku dari pada gadis itu.
Trimakasih Fathimah, bertemu denganmu saat itu memberiku waktu untuk berfikir dan merenung, meski kau tak pernah sengaja. Memberiku pesan agar tak selalu melihat ke atas dalam hal keduniaan. Semoga kebahagiaan selalu memihakmu. Percayalah Fathimah, semua akan indah pada waktunya. Jerih payahmu saat ini, tak akan sia-sia.
Di Meja kerjaku, Wonosari 23 Oktober 2012
Langganan:
Postingan (Atom)